Selasa, 14 April 2009

BERKAT DI BALIK PENCOBAAN


ini ada khotbah temanku yang memberkati banget bagiku, semoga setelah membaca anda juga dapat diberkati. oh yacch lupa namanya Yiska biasa di panggil mba'chiss soalnya suka senyumm...... he he


Tuesday, February 24th 2009

BERKAT DI BALIK PENCOBAAN
(Matius 4:1-11)
Dalam Matius 4:1-11 ini mengisahkan masa pencobaan untuk mempersiapkan Yesus dalam mengemban tugas kemanusiaan-Nya. Ia berpuasa selama 40 hari dan 40 malam di padang gurun. Pencobaan demi pencobaan yang Ia alami bukanlah pencobaan biasa karena langsung dicobai oleh Iblis dengan tawarannya yang sangat menggiurkan. Akan tetapi, Tuhan Yesus telah mengalahkan semua pencobaan itu dengan berpegang teguh pada Firman Tuhan sebagaimana Ia selalu berkata “bahwa ada tertulis…” Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita bahwa ada yang jauh lebih penting, jauh lebih berharga, dari hanya sekedar mengejar hawa nafsu, keinginan dan kebutuhan, yakni melakukan apa yang Allah inginkan
“Kalahkan pencobaan-pencobaan itu dengan berpegang pada Firman Tuhan, maka berkat dari kemangan itu tersedia bagi anda.”
Pencobaan-pencobaan apa sajakah yang perlu kita kalahkan untuk memperoleh berkat yang dari pada Tuhan?
1. Pencobaan atas Masalah Perut (Makanan)
Seorang psikolog humanistic bernama Abraham Maslow mengeluarkan suatu teori prioritas kebutuhan hidup manusia yang disebut dengan piramida hirarki kebutuhan Maslow (Maslow's pyramid for hierarchy of needs). Ia menyebutkan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan fisik, keamanan, cinta, penghargaan dan aktualisasi diri.
Teori Maslow memang logis di mana ia meletakkan kebutuhan fisik sebagai kebutuhan yang paling esensi dalam kehidupan manusia sebagai upaya untuk bertahan hidup karena jika kebutuhan fisiologi ini tidak terpenuhi, maka sebagian tubuh manusia tidak dapat berfungsi dengan baik.
Iblis sangat jeli melihat hal ini. Ketika ia melihat Yesus lapar, ia datang menawarkan untuk mengubah “batu menjadi roti”. Roti → “artos” yang mengacuh pada makanan. Hal ini bukanlah perkara yang sulit bagi Yesus pada saat itu. Bukankah Ia yang menciptakan alam semesta? Kalau saat Israel mengembara di padang gurun, Ia mampu mengeluarkan mata air dari gunung batu atau mengubah air yang rasanya pahit menjadi manis, mengubah batu menjadi roti hanya masalah kecil. Namun, Tuhan ingin menekankan sesuatu yang lebih esensi. Tuhan ingin mengajarkan kepada kita bahwa arti hidup tidak sedangkal yang dipikirkan oleh banyak orang, yakni memuaskan keinginan ‘perut’. Sebaliknya, ada sesuatu yang jauh lebih penting, yakni melakukan kehendak Tuhan. Bukan berarti memenuhi isi perut tidak penting. Namun, kalau masalah perut yang menjadi tujuan hidup kita, maka kita meleset dari tujuan hidup yang telah Allah tetapkan untuk kita.
Yesus mengakui bahwa manusia adalah mahluk hidup yang berjasmani. Namun manusia melebihi binatang sebab Ia mempunyai sifat rohani yang dapat mengontrol sifat jasmaninya. Kehendak Allahlah yang harus mengatur pilihan manusia, bukan kebutuhan atau pun keinginan fisik.
2. Pencobaan atas Masalah Perlindungan
Kebutuhan dilindungi ini sangat diperlukan dan harus dilakukan dengan orang-orang yang memiliki jiwa pendecritable(penertib) supaya menjadikan hidupnya menjadi lebih tertib dimana keadilan dan konsistensi berada di kontrol yang baik. Dalam dunia kerja, maka keselamatan diri merupakan kebutuhan nyata dalam hal-hal sebagai preferensi untuk pekerjaan tetap, keluhan prosedur untuk melindungi individu dari kewenangan sepihak, tabungan, asuransi, kebijakan, dan lain-lain.
Pencobaan kedua ini sangat pelik. Setelah puasa 40 hari, Yesus lapar dan sangat lemah secara fisik. Dalam kondisi yang demikian Iblis muncul untuk mencobai-Nya. Kata mencobai→ “ekpeirazo” yang berati menguji; menggoda (agar jatuh dalam dosa); menjebak.
Sangat wajar jika Yesus karena menuruti kondisi fisiknya meragukan kasih Allah. Iblis mencoba menggunakan keraguan yang mungkin menyerang Yesus dengan pertanyaan yang menjebak. Respons Yesus yang mengutip Ul. 6:6 menyatakan dengan tegas bahwa manusia tidak boleh mencobai Allah melainkan harus mempercayai-Nya.
3. Pencobaan atas Masalah Harta dan Kedudukan
Pencobaan ketiga juga sangat pelik. Iblis menawarkan kekuasaan atas seluruh kerajaan dunia dengan cara mudah, untuk mencobai belas kasihan Yesus atas manusia. “Kemegahan” dunia → “doksa” yang berarti cahaya terang; keindahan, kemuliaan, kuasa yang mulia, refleksi, kebesaran, ketenaran, pujian, kebanggaan, makhluk supranatural yang mulia. Dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan negativ akan menjadi lebih baik jika Yesus menjadi raja. Yesus menolak Iblis sebab hanya Allah yang patut disembah. Kehendak Allah yang harus menjadi otoritas mutlak dalam kehidupan manusia. Sesuatu yang nampaknya baik tidak dapat menggoyahkan ketaatan-Nya kepada Allah.
Pencobaan ini memperlihatkan bagaimana iblis memakai ”kepemilikan, fasilitas, negatif dan kemuliaan” untuk mencobai Yesus. Dunia dan segala kemuliaannya milik Tuhan Yesus, sebab segala sesuatu diciptakan oleh-Nya (Yoh. 1:3). Dalam inkarnasi/ penjelmaan-Nya sebagai manusia, Tuhan Yesus membatasi hak-hak-Nya dan kekuasaan-Nya sebagai Pencipta ( ega atau kenosis, Flp. 2:7). Karena itu, iblis mencobai Yesus supaya memanfaatkan kepemilikan, fasilitas, dan kemuliaan dunia yang diciptakan- Nya ini.
Kekuasaan dan kedudukan adalah sesuatu yang berbahaya apabila dipakai untuk melayani diri sendiri, akan menimbulkan keangkuhan hidup dan mengorbankan pihak lain
demi kesenangan pribadi.
Pencobaan bukanlah dosa, menyerah atau jatuh ke dalam pencobaan itu baru dosa! Setiap orang percaya, apalagi hamba-hamba Tuhan mungkin saja akan dipimpin oleh Roh Kudus secara negative untuk diuji oleh Tuhan dan dicobai oleh setan. Tuhan Yesus Kristus saja sebagai manusia sejati dipimpin oleh Roh Kudus secara negative, untuk dicobai, apalagi kita!
By. Yiska Sangka

Tidak ada komentar: